
SUBANG – Di tengah lanskap bekas tambang yang selama ini identik dengan kerusakan alam, harapan baru mulai tumbuh. PT Rekadaya Sarana Mukti (RSM), perusahaan tambang pasir yang beroperasi sejak 2014, sukses menggelar panen perdana semangka di atas lahan reklamasi bekas tambang seluas 1,5 hektare di Desa Bunihayu, Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang pada Rabu 30 April 2025.
Panen ini bukan hanya tentang semangka tetapi tentang bagaimana lahan yang dahulu gersang, dapat berubah menjadi produktif dan bahkan akan berkembang menjadi kawasan agrowisata di masa depan. Keberhasilan ini sekaligus menandai dimulainya implementasi serius dari program reklamasi dan pascatambang oleh PT RSM, yang bertujuan mengembalikan fungsi ekologis dan ekonomi lahan bekas tambang.
Acara panen semangka ini dihadiri oleh jajaran Muspika Kecamatan Jalancagak, Kepala Desa Bunihayu, jajaran staf PT RSM, serta perwakilan dari Cabang Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah IV Bandung. Acara dibuka secara resmi dengan doa bersama, dilanjutkan sambutan dari para tokoh, pemotongan semangka simbolis, hingga panen bersama dan ramah tamah.
Direktur Operasional PT RSM, Zainur Akbari, dalam sambutannya menyampaikan reklamasi yang dilakukan perusahaan tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban regulasi, tetapi juga menjadi bentuk komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar.
“Sebagai perusahaan tambang, kami sadar bahwa aktivitas kami membawa dampak lingkungan. Maka dari itu, kami tidak hanya merestorasi lahan bekas tambang, tapi kami ingin meninggalkan warisan yang bermanfaat dan bisa terus dinikmati masyarakat. Reklamasi ini bukan akhir, tapi awal dari ekosistem agrowisata yang terpadu,” ujar Zainur.
Menurutnya, hasil panen semangka dari lahan reklamasi kali ini cukup menggembirakan. Buah-buah yang dihasilkan memenuhi standar pasar, baik dari sisi ukuran maupun kualitas rasa. Ini menjadi indikator bahwa lahan bekas tambang, jika dikelola dengan benar, tetap memiliki potensi besar untuk menjadi lahan produktif.
Program reklamasi ini tidak berhenti di semangka. PT RSM juga telah menanam pohon durian di lahan seluas 4 hektare dan membangun peternakan domba sebagai bagian dari integrasi sektor pertanian dan peternakan. Visi jangka panjangnya adalah menjadikan kawasan pascatambang di Bunihayu sebagai pusat agrowisata baru di Subang yang edukatif, ekonomis, dan ramah lingkungan.
Langkah strategis ini sejalan dengan arahan dari Cabang Dinas ESDM Provinsi Jawa Barat Wilayah IV yang mendorong perusahaan tambang untuk mengembangkan kegiatan pascatambang yang berkelanjutan dan inklusif.
“Kami mendukung penuh inisiatif ini. Pascatambang seharusnya tidak menjadi akhir dari kegiatan ekonomi, melainkan awal dari pembangunan berkelanjutan yang melibatkan masyarakat,” ujar perwakilan Cabang Dinas ESDM dalam sambutannya.
Kepala Desa Bunihayu, Endang Suhdi, menyambut baik langkah-langkah PT RSM yang dinilai telah memberi dampak langsung kepada masyarakat desa. Tak hanya dari sisi lingkungan, tetapi juga pembangunan infrastruktur dan sosial kemasyarakatan.
“PT RSM telah berkontribusi banyak terhadap desa kami, mulai dari pengecoran jalan sepanjang hampir 3 kilometer, hingga program sosial seperti bantuan operasional ambulans, beasiswa, dan bantuan bagi warga kurang mampu,” ujar Endang.
Menurutnya, hubungan kemitraan antara pemerintah desa dan perusahaan selama ini berjalan baik dan terbuka. Ia berharap bahwa program pengembangan agrowisata ke depan benar-benar melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan operasionalnya, sehingga manfaat ekonomi bisa dirasakan secara lebih luas.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT RSM selama ini dinilai cukup konsisten. Selain infrastruktur dan bantuan sosial, perusahaan juga aktif mendorong program lingkungan dan pelatihan kewirausahaan bagi warga sekitar. Dengan pendekatan yang berkelanjutan, PT RSM berharap dapat menjadi contoh bagi perusahaan tambang lain di Jawa Barat, bahwa penambangan yang bertanggung jawab bukan hal mustahil.
Dengan izin operasi yang berlaku hingga tahun 2029, PT RSM menargetkan kawasan pascatambang akan sepenuhnya berubah menjadi lokasi agrowisata terpadu sebelum masa operasionalnya berakhir. Proyek ini akan melibatkan masyarakat dalam berbagai peran, dari petani, pemandu wisata, hingga pelaku UMKM lokal.
Panen perdana semangka ini bukan hanya tentang hasil bumi—tetapi tentang harapan. Bahwa tanah yang pernah dikeruk, bisa disembuhkan. Bekas tambang bisa menjadi surga pertanian. Dan masa depan bisa dimulai dari semangka, durian, domba, dan mimpi bersama.