
foto : Vandalisme di tembok wilayah Kota Bandung / Heru Mutahari
Infoaktual – Bagi suporter Persib atau bobotoh sejarah emosional yang melekat pada 14 Maret 1933 sulit digantikan begitu saja. Sehingga wajar hingga kini aksi vandalisme dengan coretan angka “1933” kerap ditemukan di sejumlah sudut di Kota Bandung.
Aksi coretan dinding sebagai wakil keresahan bobotoh berawal pada 17 Desember 2023 lalu. Dimana PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB) selaku manajemen Persib Bandung secara resmi mengumumkan perubahan hari jadi Persib dari Maret 1933 ke 5 Januari 1919.
Argumentasi yang disampaikan PT PBB merubah hari jadi Persib direvisi yakni ditemukannya koran lokal bernama ‘Kaoem Moeda’ terbitan 7 Januari 1919. Dalam koran itu, diberitakan tentang pembentukan Bandoengsch Inlandsch Voetbal Bond (Perserikatan Sepakbola Bumiputra Bandung).
Perubahan hari jadi menjadi 1919 itu juga disahkan dengan sokongan penelitian sejarawan dari Tim Prodi Sejarah Universitas Padjajaran (Unpad). Dan hal tersebut tentu menuai kecaman dari sebagian pihak bobotoh. Bahkan penggantian hari lahir Persib pun sempat digugat hingga ke Pengadilan Negeri Bandung. Meski akhirnya gugatan itu terhenti karena penggugat yang diwakili 8 orang dari persatuan sepakbola (PS) di Kota Kembang memutuskan untuk mencabut gugatan tersebut pada Oktober 2024.
Kini, setelah beberapa bulan berlalu. Kritikan mengenai perubahan Hari Jadi Persib masih digelorakan. Bahkan Dinding Fasilitas Publik di sejumlah titik di Kota Bandung kerap menjadi sasaran keresahan hati bobotoh. Misal di tembok Flyover Pasopati, Kota Bandung dan Sudut luar SD Babakan Jati, Kecamatan Buah Batu Bandung.
Pada Jumat ( 9/10/2025), sekitar pukul 10.00 WIB coretan ‘1933’ masih terpampang. Meski itu sebuah kritikan tapi banyak juga yang menyayangkan aksi ini karena dilakukan di fasilitas umum, Kawasan SD Babakan Jati, Kecamatan Buah Batu, Kota Bandung.
“Kritik sebenarnya sah-sah saja. Tapi di lingkungan pendidikan sayang juga bila coretan ini dibiarkan. Bagus sih tapi kurang asri ya kalo di fasilitas umum.” ujar Agung, salah seorang pengendara yang melintas di area tersebut.
Sementara itu, salah seorang pemilik warung di kawasan itu, Ayi mengaku jika coretan dinding itu ditemukan sekitar 9 bulanan lalu. Dia mengaku tidak mengetahui siapa yang membuat graffity tersebut. Ia mengaku mengetahui coretan itu terpampang pada pagi atau siang hari.
“Ya, kalau yang buatnya saya juga enggak tau. Tau-tau ada aja. Kalo dari segi estetika bagus juga sih. Itu bisa saja jadi keresahan bobotoh juga” ujar Ayi.
Meski begitu, saat disinggung mengenai pantas atau tidaknya coretan itu dibuat di fasilitas publik. Pemilik warung yang lahir pada 13 Maret 1978 itu mengaku enggan berkomentar lebih lanjut.
“Soal itu sih enggak tau juga ya. Mungkin pembuat juga kan resah. Kenapa harus di fasilitas publik? mungkin juga biar publik terbuka dengan perasaan si pembuatnya.” ujar Ayi. (Hru)