
Foto : Suasana Pasar Buku Palasari / Heru Mutahari
Infoaktual – Pasar buku palasari di Kota Bandung tentu menjadi jejak bersejarah bagi pegiat literasi. Bahkan di masa orde baru, pasar buku ini tak luput dari operasi razia sepanjang 1985 dan 1986 yang menargetkan buku-buku yang dicap terlarang.
Kini seiring perkembangan teknologi, budaya literasi memang semakin berkembang. Dimana wawasan dan informasi semakin mudah ditemui dalam fasilitas ponsel, laptop, atau personal computer (pc) dengan akses internet. Meski demikian, bagi mereka yang ingin berburu buku atau majalah antik, Pasar Buku Palasari tentu masih menjadi pilihan.
Sabtu siang (12/10/2025) Lelaki berambut panjang dengan kacamata yang dikenakannya tampak asik merestorasi sebuah buku impor yang dimilikinya. Di salah satu lorong grosir toko buku, Yanto perlahan mengelem bagian-bagian buku yang mulai terbuka.
Sementara di belakang dan samping kiri kanannya terpajang berbagai buku, majalah, novel-novel lama yang berasal dari dalam dan luar negeri. Buku yang diperbaikinya termasuk buku seri lama yang jarang. Halaman-halamannya bertuliskan Bahasa Prancis. Warna kertasnya sudah menguning tapi masih enak dan jelas dibaca.
“Buku yang saya punya beragam. Tapi banyaknya impor mas, ada novel, komik, buku anak,.” ujar Yanto saat ditemui.
Menurutnya, merawat buku lama agar tetap enak dibaca memang perlu sedikit perhatian. Jangan sampai rayap mendatangi lemari dan memakan halaman demi halamannya. Sehingga bila ingin tetap terpajang di lemari kesayangan, pembersihan berkala harus dilakukan.
” Kalo enggak mau habis sama rayap sih sebaiknya jangan di lemari tapi di box plastik. Kalo emang pengen dipajang yang harus selalu dibersihin secara berkala.” ujar pemilik Toko Indasto itu.
Selama 40 tahun berjualan buku, ia mengaku banyak suka dan duka yang dilaluinya. Tapi lelaki gondrong itu hanya mengungkapkan dengan kata-kata sederhana nan tegas.
Sebagai penjual ia mengaku masa suka terjadi bila buku yang dijualnya ramai dibeli konsumen. Sementara dukanya terjadi bila barangnya sepi dibeli.
“Sukanya kalo banyak yang beli, dukanya kalo sepi. gitu aja sih saya mah” ungkapnya sambil tersenyum.
Untuk menjangkau pasar lebih jauh, Yanto juga membuka layanan melalui media sosial dan sejumlah marketplace. Karena menurutnya, akses penjualan online juga menjadi keharusan untuk tetap bertahan saat ini.
“Layanan online juga iya. Ya dilakukan lah kan zamannya udah digital juga.” tandasnya.( Hru )