
SUBANG – Musim angin barat berdampak pada ratusan nelayan Cilamaya Girang, Kecamatan Blanakan. Enggan melaut karena ombak besar dan angin kencang, para nelayan lebih memilih beralih profesi menjadi tukang ojek dan menjadi perajin ikan asin.
” Sudah sebulan, sekitar 300 nelayan tidak melaut, karena angin kencang dan ombak tinggi,” ujar nelayan Cilamaya Girang, Taryadi, dikutip dari laman Viva.co.id
Menurutnya, dengan kapal berukuran 8 Grooston ( GT ), menangkap ikan sangat beresiko tinggi di lautan. Belum lagi minimnya alat navigasi.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Subang Budi Rachman menyatakan, musim angin barat terjadi sepanjang bulan Januari – Maret, dimana biasanya para nelayan yang memiliki kapal berukuran kecil urung melaut karena resiko yang tinggi.
Untuk mendapatkan penghasilan sehari – hari, para nelayan akan beralih profesi, mulai dari tukang ojek hingga perajin Ikan asin agar dapur tetap ngebul.
” Keluarga dirumah tetap harus makan kan? Biasanya mereka beralih profesi ketika musim angin barat tiba,” tutur Budi.
Dia menjelaskan, akibat nelayan yang tak melaut di musim angin barat, dampak terhadap retribusi di Tempat Pelelangan Ikan ( TPI ) akan berkurang.
” Itulah mengapa target retribusi tidak tercapai, contohnya di tahun 2024 kita dibebankan target Rp1 miliar, namun hanya tercapai Rp650 juta, salah satu alasan nya ya itu tadi karena cuaca buruk ,” ungkapnya. ( ygo )